Cerita Pak Jackson dan Misi Rahasia dari Ali Sastroamidjojo Saat KAA 1955
Jackson
Bandung - Hari ini penutupan sebuah konferensi akbar memperingati KAA. Pertemuan bangsa-bangsa yang akhirnya mendorong puluhan negara di benua Asia-Afrika merdeka.
Waktu itu tahun 1955 ketika Republik Indonesia masih memakai UUDS 1950 dan menganut sistem parlementer. Adalah Ali Sastroamidjojo yang kala itu menjadi Perdana Menteri dan menggelar Konferensi Asia Afrika yang dihadiri 29 kepala negara.
Kala itu Jackson Leung Sze Mau (74) masih berusia 14 tahun dan duduk di bangku sekolah menengah di Cihampelas, Bandung, Jawa Barat. Dia bercerita tentang 'misi rahasia' yang secara tak langsung diberikan kepada dirinya.
"Waktu itu saya teh lagi pulang sekolah. Saya masuk kamar terus tiba-tiba ibu saya manggil. 'Jackson, itu Pak Kepala Sekolah nyariin kamu di ruang tamu,' terus saya kaget. Apa saya punya masalah ya," tutur Jackson mengawali perbincangan di Hotel Ibis Style, Jl Braga, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/4/2015).
Kemudian saat itu dia bergegas menuju ruang tamu dan menemui kepala sekolah. Anehnya, sosok yang biasa dikenal tegas itu memasang raut wajah agak senyum.
Semula Jackson berdebar-berdebar menghadap kepala dari guru-gurunya di sekolah. Pasalnya dia merasa tak punya masalah di sekolah.
"Kemudian saya langsung diajak naik motor dibonceng beliau. Saya diajak ke gardu dekat sekolah," kata Jackson dengan nada serius
Awalnya Jackson berpikir akan diajak ke sekolah. Tetapi dia heran karena suasana gardu itu sepi dan nyaris hanya berdua saja dengan sang kepala sekolah.
"Pak Kepala Sekolah bilang kalau ada tugas yang rahasia. Saking rahasianya, bapak sama ibu saya tidak boleh tahu. Saya mengiyakan saja karena yang menyuruh adalah ketuanya guru-guru. Sepulang ke rumah, sewaktu ditanya ibu saya, saya bilang saja ada tugas menyalin. Zaman dulu kan belum banyak mesin fotokopi," tutur Jackson.
Bahkan Jackson waktu itu belum tahu apa tugas yang akan diberikan. Dia hanya diminta bersiap untuk menjemput seseorang, tetapi tempatnya ditentukan esok harinya.
Jackson ingat betul waktu itu adalah tanggal 16 April 1955, sehingga esoknya adalah tanggal 17 April. Kemudian esok harinya dia diminta ke Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
"Saya kaget karena sudah banyak siswa berkumpul. Kebanyakan dari SR (Sekolah Rakyat), ada yang dandan rapi-rapi. Saya juga pakai baju rapi karena harus jemput orang penting katanya. Pakai putih-putih pendek," kenang Jackson.
Tetapi mendadak ada perubahan rencana. Entah mengapa orang penting yang sedianya akan dijemput itu batal hadir. "Saya disuruh pulang, deh," ucap Jackson.
Masih penasaran dia kala itu memikirkan siapa sejatinya sosok yang akan dijemputnya itu. Namun rasa penasarannya segera akan sirna karena esok harinya dia diminta kembali ke bandara
Kembali dia disuruh berbaris di antara anak-anak lain seusia dia. Dia juga memegang sebuah untaian bunga yang akan dikalungkan. Saat berdiri, tiba-tiba ada seorang tinggi besar nan tegap. Tentunya itu bukan kepala sekolahnya.
Kulitnya cokelat dengan wajah yang sedikit dihiasi janggut. Senyum menyungging ketika pria itu melirik ke arah Jackson yang berbaris sejajar di sebelah kanan.
"Beliau itu Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri. Benar-benar sosok yang berwibawa ketika saya berdiri sejajar. Saya semakin deg-degan. Tapi saat itu saya masih belum tahu siapa yang akan dijemput," kata Jackson.
Tak lama Ali Sastroamidjojo mengambil langkah tegap yang diawali kaki kanan dan diikuti Jackson. Satu langkah Ali hampir sama dengan dua kali langkah Jackson, kata dia.
"Kami mendekat ke landasan pesawat. Menunggu sebuah pesawat mendarat," ujar dia.
Agak lama kemudian sebuah pesawat yang cukup besar pada zaman itu mendarat. Perlahan pintu terbuka, kemudian sosok yang juga berwibawa turun perlahan menapaki tangga.
"Dia adalah Chou Enlai, Presiden Republik Rakyat Tiongkok," ucap Jackson dengan bangga.
0 Response to "Cerita Pak Jackson dan Misi Rahasia dari Ali Sastroamidjojo Saat KAA 1955"
Posting Komentar