Kisah Michael Jordan Legenda Basket


"Sepanjang karier saya, lebih dari 9.000 tembakan saya meleset. Saya juga pernah kalah dalam 300 pertandingan. Paling tidak, 26 kali saya dipercaya untuk melakukan syuting penentu kemenangan namun gagal. Saya telah berkali-kali mengalami kegagalan dalam hidup. Dan itulah sebabnya, saya bisa berhasil...," ungkap Michael Jordan suatu ketika merefleksi masa lalunya.

 

----------------

 


Di bola basket, ada satu nama yang dianggap paling berpengaruh hingga sekarang, adalah Michael Jordan.

Siapa yang tidak kenal Michael Jordan? Dia merupakan pemain basket Amerika yang tercatat sebagai salah satu yang tersukses sepanjang sejarah bola basket. Michael Jordan malang melintang dalam kompetisi basket NBA di Amerika Serikat dengan segudang prestasi. Selain itu, Jordan juga bersinar bersama tim nasional Amerika Serikat.



Masa Kecil


Aksi-aksi Michael Jordan semasa high school.

Michael Jordan sebenarnya mempunyai nama lengkap Michael Jeffrey Jordan. Dia merupakan anak keempat dari lima bersaudara yang lahir dari keluarga James dan Deloris Jordan. Michael Jordan lahir pada 1963 di Brooklyn, New York, Amerika Serikat. Ketika keluarganya pindah dari Brooklyn ke Wilmington, Carolina Utara, Jordan kecil mulai menyukai basket. Michael Jordan sejak kecil memang dikenal aktif dan menyukai beraneka ragam olahraga. Seiring dengan fisiknya yang terus bertumbuh, Mike terlihat amat suka bermain bola basket one on one di lapangan belakang rumah. 

Mike tinggal bersama orangtuanya di kawasan Wilmington, North Carolina. Partner tetapnya main basket, tak lain kakaknya sendiri, Larry Jordan. Selama ini, Mike selalu kalah. Maklum saja, Larry memang lebih jago dan bertubuh lebih tinggi besar. Sementara, dirinya berbadan kecil dan ceking.  

Pagi itu ada yang berbeda. Wajah Mike terlihat berseri-seri. Ternyata, si kerempeng Mike berhasil mengalahkan Larry dalam duel one on one. Ini sebuah pengalaman yang sangat langka. Karena baru kali inilah, dirinya bisa menaklukkan sang kakak. Kemenangan ini kian membuat Mike bangga dan bersemangat. Tiap hari Mike makin giat berlatih bola basket. Ketika menginjak remaja, bakat alamiah Jordan dalam bermain basket mulai terlihat, sehingga Jordan mulai terkenal di Carolina. Apalagi, setelah tim yang dia bela berhasil menjuarai liga basket di kota tersebut.

Kecintaan Mike pada bola basket makin menjadi-jadi saat usianya beranjak remaja. Ketika melanjutkan pendidikan di SMA, Mike tak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan langsung bergabung dengan tim basket SMA Laney di Wilmington, North Carolina.

Jordan justru mendapat pukulan keras, kecintaannya terhadap olah raga ini ternyata masih belum cukup untuk membuatnya masuk kedalam daftar tim utama sekolahnya, Laney High School yang terletak di North Carolina. Jordan bahkan melihat daftar tim berulang-ulang untuk memastikan namanya benar-benar tidak tercantum. Jordan muda begitu kecewa hingga ia meneteskan air matanya dan mengunci dirinya di kamar selama beberapa saat. Ibunda Jordan, Deloris, berusaha untuk mengangkat kekecewaan anaknya agar terus semangat dan kembali berlatih, Mungkin salah satu penyebabnya adalah masalah tinggi badan. Mike hanya memiliki tinggi badan sekitar 175-180 cm. 

Remaja kelahiran Brooklyn, New York 17 Februari 1963 itu sangat kecewa. Saat pulang dan sampai di rumah, Mike menangis di dalam kamar. Sang ibu tahu, keadaan putranya yang sedang galau waktu itu. Tak banyak bicara, ibundanya hanya mengelus kepala dan punggung Mike dengan penuh kasih sayang. 

"Saya lalu meminta Jordan untuk berlatih lebih keras lagi. Tapi jika sudah berlatih keras masih belum berhasil, itu berarti memang belum nasibnya," ungkap sang ibu Deloris Jordan.

Meski pada akhirnya ia masuk ke tim Junior, ia tetap menyimpan kekecewaan yang besar karena pada awalnya ia cukup yakin bisa masuk ke tim utama tim. Namun justru dari kekecewaan itulah kita dapat melihat permainan brilian dari Jordan. Sejak penolakannya itu, ia semakin gila menerpa dirinya dalam berlatih. Berjam-jam ia menghabiskan seluruh waktunya untuk berlatih, ia bahkan seringkali menyimpan tenaganya dalam bermain di pertandingan junior karena ingin lebih fokus dan memiliki tenanga saat berlatih, karena memang tujuan utamanya adalah bermain bagi tim senior. Sifat kompetetifnya itulah yang pada akhirnya membuahkan hasil. 
"Saya tidak mau lagi merasakan itu. Mulut pahit dan perut terasa mulas," kenang Jordan mengenang kegagalannya saat masih sekolah dulu. Dalam salah satu iklan dari produk Nike, Jordan pernah mengatakan kisah karirnya yang tidak melulu berjalan mulus.

Ketika berada di tahun kedua bersama tim Laney, Jordan yang mempunyai tinggi 185 cm rata-rata dapat membuat 25 poin untuk tiap pertandingan yang dia lakoni. Seiring dengan berjalannya waktu, Jordan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, sehingga tingginya mencapai 191 cm. Selain itu, kemampuannya dalam bermain basket juga turut berkembang dan hal ini berkat bimbingan salah satu saudaranya yang bernama Larry. Perkembangan kemampuannya yang pesat tersebut akhirnya mengantarkan Jordan menjadi pemain penting dalam tim basket Laney. Sepanjang membela tim Laney tersebut, Jordan berhasil mempersembahkan 19 kemenangan.



Kerja Keras itu Berbuah Manis

Aksi Jordan di North Carolina.

Sebelum mencintai basket, Mike sempat bermain macam-macam jenis olahraga terutama yang memang populer di Amerika Serikat termasuk American football dan baseball. Barangkali, jiwa sportivitas serta kompetitifnya muncul dan terbangun dari kecintaannya pada olahraga. 

"Saya melatih Michael sejak dia berusia 13, 14, dan 15 tahun. Semasa remaja, Michael bukanlah seorang juara. Dia hanya remaja biasa yang bermain di liga junior. Tapi dia sangat bebas dan kompetitif," ungkap pelatih baseball Mike, Richard Neher di Liga Babe Ruth. 
Sementara di olahraga basket, nasibnya juga serupa, saat ia berada di tingkat akhir junior high school yang setara dengan SMP kelas 3, Jordan yang mempunyai tinggi 175 cmn hanya seorang guard remaja biasa tanpa prestasi dan skill yang diatas rata-rata. Namun kecintaannya dengan bola basket semakin lama semakin besar

Jika dirunut-runut, tidak ada darah atlet dalam tubuh dan jiwa Michael Jordan. Sang ibu Deloris bekerja di sektor perbankan. Sementara, ayahnya James R. Jordan Sr bekerja sebagai supervisor di sebuah perusahaan.

"Berlatih dan terus berlatih dengan keras," itulah nasihat yang selalu terngiang di telinga acapkali semangat berlatih Mike mulai mengendur. 
Ketika berada di tahun kedua bersama tim Laney , Hasil kerja keras Mike mulai tampak. , Michael Jordan mulai cemerlang di tim basket SMA Laney. kemampuannya dalam bermain basket juga turut berkembang dan hal ini berkat bimbingan salah satu saudaranya yang bernama Larry. Berkali-kali Mike mencetak 20-40 poin tiap laga. 

Melihat prestasi Mike, sejumlah perguruan tinggi mulai melirik. Sebut saja Duke, North Carolina, South Carolina, Syracuse, dan Virginia yang menawarkan beasiswa bagi Jordan. Akhirnya, pilihan jatuh ke Universitas North Carolina. Mike masuk ke fakultas geografi. Sejak masuk perguruan tinggi inilah kesempatan Michael Jordan mengembangkan kecintaannya pada bola basket terbentang luas.

Etos kerjanya untuk berlatih bola basket terus ia bawa hingga ia masuk ke Universitas North Carolina, walau sudah menjadi pemain yang besar sekalipun, ia selalu menjalankan latihan yang lebih berat dibanding rekan-rekannya. Ia bahkan selalu berlatih jump shoot diwaktu luangnya sendiri. Sadar karena tinggi badannya yang standar saja bagi pemain basket, ia sadar bahwa dirinya harus mempunyai tembakan yang akurat. 

Jordan selalu menjadi orang pertama yang datang ke tempat latihan dan menjadi orang terakhir yang meninggalkan latihan.
"Biasanya saya tiba di sekolah antara jam 07.00 dan 07.30 pagi. Michael ada di sana sebelum aku. Setiap kali saya datang dan membuka pintu, aku mendengar suara bouncing bola, di musim gugur, di musim dingin, di musim panas. Hampir setiap pagi saya harus meminta dia untuk meninggalkan lapangan." Tutur Rubby Staton, salah seorang instruktur olah raga di universitas-nya.
Dengan tinggi 183 cm saat di bangku universitas, Jordan tetap saja hanya memiliki tinggi yang tidak istimewa, maka ia harus meningkatkan keterampilan lainnya seperti mencetak angka maupun assist. Pada akhirnya ia menjadi pemain yang jauh diatas rata-rata rekannya di tim. Hingga pada akhirnya timnya di universitas dibangun dengan berpusat pada sosok Jordan. Ia bisa mencetak 25 sampai 40 poin dalam pertandingan.

Oleh karena itu, meskipun belum tergabung dalam tim basket yang profesional, Jordan diminta membela tim nasional Amerika Serikat dalam Olympic Games pada 1984 di Los Angeles, California. Dalam kompetisi tersebut, Jordan dapat membuat 17,1 poin tiap gamenya dan berhasil memboyong medali emas.



Masa-Masa Emas

Pada 1984, Michael Jordan memulai karir profesional setelah terpilih sebagai anggota tim basket NBA, Chicago Bulls. Dengan kemampuannya yang luar biasa dalam bermain basket, kariernya bergitu cemerlang, , Jordan berhasil mengantarkan Bulls untuk menjadi juara kompetisi basket NBA sebanyak 6 kali, yaitu kompetisi 1991, 1992, 1993, 1996,1997, dan 1998. Michael Jordan juga berhasil menjadi pemain yang paling berharga bagi tim NBA pada 1988, 1991, 1992, 1996, dan 1998

Selain bersinar dalam timnya, Jordan dan beberapa pemain NBA lainnya, seperti Scottie Pippen, Larry Bird, Magic Johnson, dan pemain-pemain top NBA lainnya yang tergabung dalam tim nasional basket Amerika Serikat juga berhasil meraih medali emas dalam kejuaraan dunia basket pada 1992 di Barcelona, Spanyol.



Mengundurkan Diri

Michael Jordan berpose dengan gelar-gelarnya.

Selama membela Chicago Bulls, Jordan pernah berhenti bermain basket pada 1993 dan mencoba menjadi pemain baseball profesional. Akan tetapi, tidak lama kemudian Jordan kembali bergabung dengan Chicago Bulls pada 1995 dan kembali membawa Bulls menjadi juara tiga tahun berturut-turut (1996-1998).

Akan tetapi, pada 1999 Jordan kembali meninggalkan dunia basket profesional. Pada musim kompetisi 1999-2000, Jordan kembali terjun ke dunia basket, tetapi bukan sebagai pemain. Dia menjadi pemilik dan presiden tim basket Washington Wizards. Karena Wizards terpuruk, pada 2001 Jordan kembali menjadi pemain. Dia dikontrak oleh Wizards untuk dua tahun kompetisi. Sekembalinya sebagai pemain, Jordan tetap menunjukkan kualitasnya sebagai pemain hebat, tetapi dia tidak mampu mengangkat prestasi Wizards yang pada akhirnya tim ini tidak lolos play off. Oleh karena itu, untuk ketiga kalinya pada tahun 2003, Jordan kembali mengundurkan diri dari dunia basket.



NBA Championship 6 kali, trofi MPV 5 kali, selusin All-Star game, gelar NCAA dan dua medali emas Olimpiade. Ialah Michael Jeffrey Jordan, salah satu pria paling sukses dalam olah raga bola basket. Dibalik kegagalannya di masa lalu, ia sukses menyulapnya menjadi kunci kesuksesannya hingga akhir kariernya.

"Saya siap untuk menerima kegagalan. Semua orang mungkin gagal. Tapi aku tidak ingin melihat bahwa saya tidak mencoba. " – Michael Jordan.

2 Responses to "Kisah Michael Jordan Legenda Basket"

  1. keberhasilan berawal dari kegagalan

    BalasHapus
  2. Harrah's Lake Tahoe Casino and Hotel - Mapyro
    Harrah's Lake 충청남도 출장마사지 Tahoe is a shimmering 고양 출장안마 gold-stone hotel set 대구광역 출장마사지 in an 18 story, smoke-free, Located in the heart of 김천 출장안마 the picturesque South Lake 강원도 출장마사지 Tahoe

    BalasHapus